5 PARADIGMA ADMINISTRASI NEGARA
Administrasi
Negara merupakan kombinasi yang sangat beragam serta tidak berpola antara teori
dan pelaksanaa. Adminsitrasi Negara dimaksudkan untuk lebih memahami hubungan
antara pemerintah dengan masyarakatnya serta meningkatkan responsibilitas
kebijakan Negara terhadap berbagai kebutuhan social, dan juga melembagakan
praktek-praktek manajerial agar terbiasa lebih efektife dan efesien.
Sebagaimana
dicantumkan K. bailey, administrasi Negara adalah (atau sebagaian) menyangkut perkembangan 4 macam teori:
1. Teori
deskriptif, atau diskripsi struktur bertingkat dan berbagai hubungan dengan
lingkungan kerjanya.
2. Teori
normative, atau nila-nilai yang menjadi tujuan bidang ini, alternative
keputusan yang seharusnya diambil oleh penyelenggaa
administrsi Negara (praktisi) dan apa yang seharusnya dikaji dan dianjurkan
kepada pelaksana kebijakan.
3. Teori
asumtif, pemahaman yang benar terhadap realitas seorang administrator, suatu
teori yang tidak mengambil asumsi model.
4. Teori
instrument, atau peningkatan
teknik-teknik manajerial dalam rangka
efisiensi dan efektivitas pencapaian
tujuan Negara.
Keempat
teori bailey tersebut secara bersama-sama membentuk tiga pilah administrasi
Negara: perilaku organisasi dan perilaku orang dalam organisasi kemasyarakatan,
teknologi manajemen, kepentingan umum dalam hubungannya dengan pilihan etika
seorang individu dan berbagai masalah kemasyarakatan.
Dalam
hal ini akan meninjau krisis definisi administrasi Negara yang beruntun,
yaitu bagaimana bidang ini “memandang
dirinya sendiri” di masa lampau. Administrasi Negara berkembang sebagai bidang
akademik melalui rangkaian pergantian
lima paradigma yang tumpang tindih sebagaimana dekemukakan Robert t, golrmbie
wski dalam tulisannya, tiap fase dapat dicirikan atas dasar pemilikan lokus
ataupun fokusnya. Lokus adalah tempat “di mana” bidang itu berada. Lokus
administrasi Negara biasanya adalah birokrasi pemerintah, meskipun tidak selalu
demikian dan serangkaian lokus tradisional ini kabur. Fokus adalah kekhususan
dari bidang ini. Satu fokus administrasi Negara telah menjadi kajian “prinsip-prinsip administrasi”
tertentu, tetapi fokus disiplin ini telah berubah sejalan dengan perkembangan
paradigman administrasi Negara. Seperti diamati golembiewski, paradigma administrasi
Negara dapat dimengerti melalui fokus dan lokusnya.
MASA AWAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Secara
luas, woodroww Wilson meletakkan landasan bagi permulaan studi administrasi
Negara dalam karangannya yang berjudul “the study of administration” yang
dimuat dalam political science quarterly pada 1887. Wilson melihat bahwa “lebih sukar menjalankan suatu konstitusi
daripada menyusunnya”, dan mengajukan usul agar lebih banyak pikiran fikiran
intelektual dalam mengembangkan manajemen Negara. Dalam kenyataannya, Wilson
sendiri kelihatannya bersikap mendua tentang apa sebenarnya administrasi Negara
itu. Sebagaiman disimpulkan Richard J. stillman dalam tinjuaannya yang cermat
dan tepat atas artikel Wilson itu. Menurutnya Wilson gagal menjelaskan apa
sebenarnya yang menjadi kajian administrasi, bagaimana seharusnya hubungan
antara antara bidang administrasi dan politik, dan apakah kajian administrasi
akan menjadi suatu ilmu yang abstrak sama seperti ilmu-ilmu alam.
Paradigma I : Dikotomi Politik-Administrasi (1900-1926)
Tokoh
: Frank J Goodnow dan Leonard D. White
Di
dalam buku political and administration (1900), goodnow berpendapat bahwa ada
dua fungsi yang berbeda dari pemerintah seperti tertulis dalam judul bukunya.
“politik”, menurut goodnow, harus berhubungan dengan kebijaksanaa atau berbagai
masalah yang berhubungan dengan tujuan Negara. Sedangkan “administrasi” harus
berkaitan dengan pelaksanaan kebijakansanaan tersebut. Dengan demikian, yang
yang menjadi dasar pembeda adalah pemisahan kekuasaan.
Penekanan
paradigma 1 adalah pada lokus (tempat) dimana administrasi negara seharusnya
berada. Tegasnya, goodnow dan para pengikutnya berpendapat administrasi Negara
seharusnya menfokuskan diri pada birokrasi pemerintahan.
Pada
tahun 1912, sebuah komite mengenai latihan bagi para pegawai pemerintahan
ditetapkan di bawah naungan asosiasi ilmu politik amerika, dan pada tahun 1914,
usulannya dengan tinjauan ke masa dean yang luar biasa, yaitu diperlukan suatu “sekolah keahlian”
untuk mendidik paa pegawai administrasi Negara dan diperlukan juga
tingkatan-tingkatan teknis untuk keperluan itu.
Administrasi
Negara mendapatkan pengakuan akademis pada 1920-an, dimulai dari penerbitan
buku Leonard d. white, Introduction to the study of public administration pada
1926, buku pelajaran pertama yang
membahas secara menyelururh bidang ini. Hasil paradigma 1 memperkuat pemikiran
dikontomi politik/administrasi yang berbeda, dengan menghubungkan dengan
dikontomi nilai/fakta yang berhubungan.
Frank
J Goodnow dan Leonard D White dalam bukunya Politics and Administration
menyatakan dua fungsi pokok dari pemerintah yang berbeda:
1. Fungsi
politik yang melahirkan kebijaksanaan atau keinginan negara,
2. Fungsi
Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan negara.
Penekanan pada Paradigma ini
terletak pada Locusnya, menurut Goodnow Locusnya berpusat pada ( government
Bureucracy ) birokrasi Pemerintahan. Sedangkan Focusnya yaitu metode atau
kajian apa yang akan dibahas dalam Administrasi Publik kurang dibahas secara jelas
(masalah pemerintahan, politik dan kebijakan).
Administrasi negara memperoleh
legitimasi akademiknya lewat lahirnya Introduction To the study of Public
Administration oleh Leonard D White yang menyatakan dengan tegas bahwa politik
seharusnya tidak ikut mencampuri administrasi, dan administrasi negara harus
bersifat studi ilimiah yang bersifat bebas nilai.
Paradigma ini muncul karena adanya
ketidakpuasan terhadap trikotomi ala trias politika, dan kemudian menggantinya
dengan dua fungsi yaitu politik dan administrasi. Politik sebagai penetapan
kebijaksanaan, sedangkan administrasi sebagai pelaksanaan kebijakan.
Paradigma II:Prinsip-Prinsip Administrasi Negara (1927-1937)
Paradigma II:Prinsip-Prinsip Administrasi Negara (1927-1937)
Selama
fase inilah, sebagaimana digambarkan oleh paradigm 2, administrasi mencapai
puncak kejayaannya. Para ahli administrasi Negara diterima baik oleh kalangan
industry maupun kalangan pemerintah, Karena kemampuan manajerialnya. Dengan
demikian, fokus bidang ini, yaitu keahlian dalam bentuk prinsip-prinsip
administrasi bertambah luas. Dan lokus administrasi Negara berlaku di mana pun,
karena prinsip adalah tetap prinsip, administrasi tetap administrasi,
setidaknya menurut persepsi paradigma2 ini. Lebih dari itu, karena aministrasi
Negara telah memberikan sumbangannya yang banyak, terhadap perumusan
“prinsip-prinsip administrasi”.
Literature
yang paling terkemuka adalah yabbg ditulis
oleh Frederick W. taylor, principles of Scientific management (1911) dan
berbagai karya frank dan Lillian Gilbreth. Bila dihubungkan dengan konsep,
jeaas manajemen ilmiah kuranng mempunyai pengaruh terhadap administrasi Negara
selama tahap ini. Karena manajemen ilmiah memfokuskan pada pegawai-pegawai
organisasi pada tingkat yang lebih rendah.
Bagi
gulick dan urwick, prinsip-prinsip administrasi adalah penting, sedangkan
prinsip tersebut diterapkan tidaklah penting. Terus terang, fokus lebih penting
daripada lokus. gulick dan urwick mengajukan tujuh prinsip administrasi kepada
mahasiswanya dalam anagram singkat, POSDCORB. POSDCORB adalah ungkapan akhir
prinsip-prinsip aadministrasi. Anagram ini adlah kepanjangan dari: Planning,
Organizing, Staffing, Directingt, Coordinating, Reporting, dan Budgeting.
Itulah administrasi Negara tahun 1937.
MASA PENUH TANTANGAN, 1938-1947
Pada
tahun berikutnya (1938), nutuk pertama kalinya aliran utama administrasi Negara
mendapat tantangan konseptual. Pada tahun itu, buku Chester I. Bernard yang
berjudul The Functions of Execuitve diterbitkan. Pada tahun 1940-an,
ketidaksepakatan terhadap administrasi Negara ini dipacu dari arah yang salin
menguatkan. Salah satu keberatan adala, politik dan administrasi tidak akan
pernah dapat dipisahkan sedikit pun. Sementara yang lain berpendapat,
prinsip-prinsip administrasi secara logis tidak konsisten.
Akhirnya
dikontomi itu ditlak bukan karena dikontomi tersebut memisahkan politik dan
administrasi, melainkan karena ia menggabungkan ke duanya dengan cara yang
melanggar norma-norma pluralism ilmu politik paska perang.
REAKSI TERHADAP BERBAGAI TANTANGAN,
1947-1950
Pada tahun yang sama (1947), ketika menyerang dasar-dasar administrasi Negara
dalam Administrative behavior, Simon memberikan suatu alternatif kepada
paradigma lama. Menuru simon, suatu paradigm administrasi Negara yang baru
seharusnya memiliki dua macam ahli administrasi Negara yang bekerja secara
serasi dan saling member dorongan yang memusatkan perhatian pada perkembangan
“ilmu administrasi yang murni” yang didasarkan pada “dasar-dasar psikologi
social secara seksama”, dan kelompok lainnya yang lebih memusatkan perhatian
pada “pembuatan kebijaksanaa umu”.
Kesimpulan
•
Pada paradigma kedua ini pengaruh
manajemen Kalsik sangat besar Tokoh-tokohnya adalah :
•
F.W Taylor yang menuangkan 4 prinsip
dasar yaitu ; perlu mengembangkan ilmu manajemen sejati untuyk memperoleh
kinerka terbaik ; perlu dilakukukan proses seleksi pegawai ilmiah agar mereka
bisa tanggung jawan dengan kerjanya ; perlua ada pendidikan dan pengembangan
pada pegawai secara ilmiah ; perlu kerjasama yang intim antara pegawai dan
atasan à ( prinsip management ilmiah Taylor )
•
Kemudian disempurnakan oleh Fayol (
POCCC ) dan Gullick dan Urwick ( Posdcorb )
Tokoh
: Gulick dan Urwick, F.W. Taylor, Henry Fayol, Mary Parker Follet, dan
Willooghby
Di awali dengan terbitnya Principles of Public Adminisration karya W F Willoughby. Pada fase ini Administrasi diwarnai oleh berbagai macam kontribusi dari bidang-bidang lain seperti industri dan manajemen, berbagai bidang inilah yang membawa dampak yang besar pada timbulnya prinsip-prinsip administrasi,
Di awali dengan terbitnya Principles of Public Adminisration karya W F Willoughby. Pada fase ini Administrasi diwarnai oleh berbagai macam kontribusi dari bidang-bidang lain seperti industri dan manajemen, berbagai bidang inilah yang membawa dampak yang besar pada timbulnya prinsip-prinsip administrasi,
Prinsip-prinsip
tersebut yang menjadi Focus kajian Administrasi Publik sedangkan Locus dari
paradigma ini kurang ditekankan karena esensi prinsip-prinsip tersebut, dimana
dalam kenyataan bahwa bahwa prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan,
lingkungan, misi atau kerangka institusi, ataupun kebudayaan, dengan demikian
administrasi bisa hidup dimanapun asalkan Prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.
Paradigma III Administrasi Negara
Sebagai Ilmu Politik (1950-1970)
Tokoh : Nicholas Henry
Tokoh : Nicholas Henry
Sebagai
akibat dari perhatian dan kritik-kritik konseptual yang mengalir, administrasi
Negara melompat ke belekang dengan serta kerta ke dalam induk disiplin ilmu
politik. Hasilnya adalah diperbaruinya kembali penentuan lokus yaitu birokrasi
pemerintah tetapi dengan demikian kehilangan fokusnya. Tahap penetuan ketiga
ini sebagian besar merupakan usaha
menetapkan kembali kaitan-kaitan konseptual antara administrasi Negara dengan
ilmu politik.
Paling
tidak, ada dua perkembangan yang terjadi selama periode ini yang cukup
mencerminkan adanya perbedaan dalam masalah cara mengurangi ketegangan antara
para ilmuwan administrasi dan ilmuwan politik secara berangsur-angsur
peningkatan penggunaan studi kasus sebagai instrument epistemologis,
perbandingan dan pembangunan administrasi yang lama mengalami pasang surut
sebagai sub-bidang administrasi Negara.
PERBANDINGAN DAN PEMBANGUNAN
ADMINISTRASI
Administrasi
Negara lintas budaya (cross-cultural public administration), yang disebut juga
pendekatan kompertaif, merupakan bidang baru dari administrasi Negara. Sebelum
ditinggalkannya prinsip-prinsip administrasi Negara, dianggap bahwa
faktor-faktor budaya tidak menyebabkan perbedaan dilingkungan administrasi,
karena prinsip selamanya adalah prinsip.
Perbandingan
administrasi Negara, sebagaimana diterangkan Ferrel Heady, memusatkan pada lima
“permasalahan motifasi” sebagai kegiatan ilmiah: pencarian teori, dorongan bagi
aplikasi praktis, sumbangan bagi perluasan perbandingan politik, perlunya
penelitian yang terlatih dalam tradisi hukum administrasi, dan analisa
perbandingan berbagai masalah administrasi yang ada.
Administrasi
Negara mempunyai dua perbedaan, dengan masing-masing mempunyai kajian
perbandingan sub-bidangnya. Bidang yang lebih besar nyata dan jelas dipagari
batas budaya.
Kesimpulan
•
Menurut
HERBERT SIMON ( The Poverb Administration ) à Prinsip Managemen ilmiah POSDCORB
tidak menjelaskan makna “ Public” dari “public Administration “ menurut Simon
bahwa POSDCORB tidak menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh
administrator publik terutama dalam decision making. Kritik Simon ini kemudian
menghidupkan kembali perdebatan Dikotomi administrasi dan Politik
•
Kemudian
muncullah pendapat Morstein-Mark ( element Of Public Administration yang
kemudian kembali mempertanyakan pemisahan politik san ekonomi sebagai suatu hal
yang tidak realistik dan tidak mungkin
•
Kesimpulannya
Secara singkat dapat dipahami bahwa fase Paradigma ini menerapkan suatu usaha
untuk menetapkan kembali hubungan konseptual antara administrasi saat itu,
karena hal itulah administrasi pulang kembali menemui induk ilmunya yaitu Ilmu
Politik, akibatnya terjadilah perubahan dan pembaruan Locusnya yakni birokrasi
pemerintahan akan tetapi konsekuensi dari usaha ini adalah keharusan untuk
merumuskan bidang ini dalam hubungannya dengan focus keahliannya yang esensial.
Terdapat perkembangan baru yang dicatat pada fase ini yaitu timbulnya studi
perbandingan dan pembangunan administrasi sebagi bagian dari Administrasi
negara.
Paradigma IV: Administrasi Negara
Sebagai Administrasi (1956-1970)
Tokoh : Henderson, Thompson, Caldwen
Tokoh : Henderson, Thompson, Caldwen
Istilah
ilmu administrasi disisni digunakan sebagai penangkap frasa bagi kajian di
dalam teori organisasi dan ilmu manajemen. Di awal tahun 1960-an, “pengembangan
organisasi” makin banyak mendapat perhatian sebagai bidang khusus ilmu administrasi.
Sebagai suatu fokus, pengembangan organisasi menawarkan alternative ilmu
politik yang menarik bagi banyak ahliadministrasi Negara. Fenomena “dunia
nyata” membuat pemisahan bidang
kenegaraan/swasta semakin sulit ditentuksn secara empiris, oleh kalangan
akademik sekalipun. Dewasa ini para ahli administrasi Negara mulai menerima
bahwa kata Negara dalam administrasi
Negara tak bisa diartikan dalam makna institusi seperti masa sebelumnya.
Ketegangan antara Negara-swasta, kepentingan umum motif keuangan yang
dicerminkan paradigm ilmu administrasi tak punya peran apa pun untuk meredakan
permasalahan lokus bagi administrasi konotasi kepentingan umum.
Jika
paradigm 4 memang demikian halnya, maka para ahli adminisrtrasi Negara terpaksa
menguasai lebih banyak teknologi manajemen agar mereka bisa lebih memahaminya
dalam konteks pemerintahan. Ini akan menyingkirkan banyak banyak pertimbangan
nilai sehingga para ahli itu pun mulai berfikir secara filosofis mengenai arti
sesungguhnya kata Negara dari administrasi Negara.
Kesimpulan
Istilah Administrative Science
digunakan dalam paradigma IV ini untuk menunjukkan isi dan focus pembicaraan,
sebagai suatu paradigma pada fase ini Ilmu Administrasi hanya menekankan pada
focus tetapi tidak pada locusnya. Ia menawarkan teknik-teknik yang memerlukan
keahlian dan spesialisasi, pengembangan paradigma ke-4 ini bukannya tanpa
hambatan, banyak persoalan yang harus dijawab seperti misal adalah apakah jika
fokus tunggal telah dipilih oleh administrasi negara yakni ilmu administrasi,
apakah ia berhak bicara tentang public (negara) dalam administrasi tersebut dan
banyak persoalan lainnya.
Paradigma
V: Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970)
Pemikiran Herbert Simon tentang perlunya dua aspek yang
perlu dikembangkan dalam disiplain Administrasi Negara:
1.
Ahli
Admnistrasi Negara meminati pengembangan
suatu ilmu Administrasi Negara yang murni
2.
satu
kelompok yang lebih besar meminati persoalan-persolan mengenai kebijaksanaan
publik.
Lebih dari itu administrasi negara lebih fokus ranah-ranah
ilmu kebijaksanaan (Policy Science) dan cara pengukuran dari hasil- hasil
kebijaksanan yang telah dibuat, aspek perhatian ini dapat dianggap sebagi mata
rantai yang menghubungkan antara fokus administrasi negara dengan locusnya.
Fokusnya adalah teori-teori organisasi, public policy dan tekhnik administrasi
ataupun manajemen yang sudah maju, sedangkan locusnya ialah pada birokrasi
pemerintahan dan persoalan-persoalan masyarakat (Public Affairs).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar